Jumaat, 26 Januari 2018

27.01.2018 kebahagiaan. Penderitaan


Kebahagiaan dan penderitaan ibarat dua sisi mata wang.
Banyak orang memiliki bangunan yang tinggi, namun kesadaran yang pendek;
Jalan yang luas, namun sudut pandang yang sempit;
Rumah yang besar, namun keluarga yang kecil;
Tempat yang nyaman, namun waktu yang sedikit;
Ubat yang bagus, namun kesihatan yang buruk;
Rencana yang spektakuler, namun aksi yang minimum.
Manusia banyak menghabiskan, tetapi sedikit memiliki;
Banyak membeli, tetapi sedikit menikmati;
Pendapatan yang tinggi, namun moral yang rendah;
Gelar yang banyak, namun pengertian yang salah;
Suka menggandakan miliknya, tetapi mengurangi nilai dirinya;
Pengetahuan yang dalam, namun pertimbangan yang dangkal;
Kaya pengetahuan tentang agama, namun miskin akhlak;
Pandai berteori, namun tidak pandai melaksanakannya;
Membenci terlalu sering, namun jarang mencintai.
Setiap manusia tidak menginginkan penderitaan. Tidak ada keinginan yang lain selain kebahagiaan. Tetapi sesungguhnya, kebahagiaan adalah penderitaan yang halus, tidak bisa dirasakan tanpa penyelidikan mendalam. Kelahiran, usia tua, penyakit, dan kematian adalah penderitaan yang dapat dialami secara langsung. Berkumpul dengan yang tidak disenangi, berpisah dengan yang disenangi, serta tidak mendapat apa yang diinginkan juga merupakan penderitaan yang nyata. Sederhananya, penderitaan dan kebahagiaan seperti seekor ular. Kepalanya adalah penderitaan, sedangkan ekornya adalah kebahagiaan. Jika kepala ular didekati dan disentuh, ular akan dengan cepat menggigit dan mengeluarkan bisa yang sangat beracun. Jika ekornya digenggam erat tanpa melepaskannya, ular tersebut akan berbalik dan menggigit. Semuanya dapat terjadi karana baik kepala ular maupun ekornya terdapat pada satu tubuh ular yang sama.
Kebahagiaan dan penderitaan berasal dari sumber yang sama, yaitu nafsu keinginan dan kekeliru-tahuan. Itulah mengapa ada waktunya ketika seseorang bahagia tetapi tetap merasa gelisah dan tidak nyaman, bahkan ketika memperoleh hal yang disukai sekalipun. Ketika memilikinya, batin merasa senang, tetapi sebenarnya pikiran tidak benar-benar damai karena ada kekhawatiran bahwa tidak lama lagi akan kehilangan hal-hal tersebut. Rasa takut muncul saat menyadari sumber kesenangan ini suatu saat akan menghilang. Ketakutan ini yang menyebabkan seseorang jauh dari kedamaian. Pada waktu kehilangan semua kesenangan duniawi, batin akan dikuasai oleh penderitaan. Dengan demikian, apabila ada sesuatu yang membahagiakan, penderitaan dapat menyelinap di balik kebahagiaan tersebut. Inilah tipu muslihat yang membutakan batin manusia.
Penderitaan datang saat kita menuntut orang lain untuk membahagiakan kita. Sebaliknya, kebahagiaan datang justru saat kita hendak membahagiakan orang lain.
Selama masih ada tuntutan, keserakahan, ketidaksukaan, kebencian, kemarahan, konflik, perselisihan & sejenisnya, disitu belum ada kebahagiaan sejati.
Semua yang didasari oleh kehendak baik, pasti akan membuahkan kebahagiaan. Dan semua yang didasari oleh kehendak jahat, pasti akan membuahkan penderitaan.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan